Publikasi » Detail

PEMILIHAN METODE PENYULUHAN YANG EFEKTIF DAN EFESIEN

Detail Publikasi

Kegiatan penyuluhan adalah kegiatan yang cukup sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan kegiatan ini melibatkan pelaku utama yaitu, Gabungan Kelompok Tani, Kelompok Tani, Petani, dll yang terkadang sangat dinamis. Hal ini merupakan tantangan yang sering di temui para penyuluh di lapangan. Melihat tantangan yang sulit akan dihadapi oleh para penyuluh maka perlu metode-metode yang jitu untuk menyampaikan teknologi-teknologi pertanian sehingga para petani mau mengadopsi teknologi tersebut.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor 52 tahun 2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian, metode penyuluhan pertanian adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodolan, sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Jenis Metode

Pemerintah telah menyusun metode-metode dalam menyampaikan teknologi-teknologi pertanian, seperti pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 52/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian. Peraturan menteri (Permen) pertanian tersebut telah disusun kementerian pertanian dengan menimbang dari  peraturan-peraturan yang sebelumnya pernah dibuat oleh pemerintah seperti Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Permen tersebut berisikan metode-metode yang dapat memandu penyuluh pertanian, seperti teknik komunikasi, metode jumlah sasaran dan metode indera penerima dari sasaran (Wiriatmadja 1990). Metode-metode tersebut dapat terbagi lagi menjadi beberapa metode. Penggunaan metode-metode tersebut dapat didasarkan berbagai pertimbangan yang terjadi dilapangan (Kemenpan 2009).

1. Metode Berdasarkan Teknik Komunikasi

Berdasarkan teknik komunikasi metode penyuluhan dapat dibedakan antara yang langsung (muka ke muka/ face to face communication) dan yang tidak langsung (indirect communication). Metode yang langsung digunakan pada waktu penyuluhan pertanian/peternakan berhadapan muka dengan sasarannya sehingga memperoleh respon dari sasarannya dalam waktu yang relatif isngkat (Mardikanto 1993). Misalnya pembicaraan di balai desa, di sawah, dalam kursus, demonstrasi dan sebagainya. Metode yang langsung ini dianggap lebih efektif, meyakinkan dan mengakrabkan hubungan antara penyuluh dan sasaran serta cepatnya respon atau umpan balik dari sasaran (Martanegara 1993). Dalam kondisi terbatasnya personalia, kurangnya saranan transportsasi, terbatasnya biaya dan waktu maka metode ini kurang efisien.

Metode yang tidak langsung digunakan oleh penyuluhan pertanian yang tidak langsung berhadapan dengan sasaran, tetapi menyampaikan pesannya melalui perantara (medium atau media). Contohnya adalah media cetak (majalah, koran), media elektronik (radio, televisi), media pertunjukan atau sandiwara, pameran dan lain-lain. Metode tidak langsung ini dapat menolong banyak sekali apabila metode langsung tidak memungkinkan digunakan. Terutama dalam upaya menarik perhatian dan menggugah hati sasaran. Siaran lewat radio dan televisi dapat menarik banyak perhatian, bila ditangani secara tepat. Pameran yang baik diselenggarakannya akan baik memberikan kesan yang lama dan meyakinkan. Demikian pula halnya dengan pertunjukan film atu slides yang sekaligus dapat memberika hiburan dan pengetahuan umum kepada masyarakat di pedesaan. Namun metode penyuluhan tak langsung tidak memungkinkan penyuluh mendapatkan respon dari sasaran dalam waktu realtif singkat (Mardikanto 1993).

2. Metode Berdasarkan Jumlah Sasasaran dan Proses Adopsi

Berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi maka penyuluhan dibedakan menjadi hubungan perseorangan, hubungan kelompok dan hubungan masal. Metode dengan hubungan perseorangan digunakan penyuluhan pertanian untuk berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan masing-masing orangnya. Misalnya adalah kunjungan ke rumah, ke sawah, ke kantor, pengiriman surat kepada perseorangan dan hubungan telepon. Dalam banyak hal, hubungan perseorangan diperlukan agar petani menerapkan rekomendasi yang dianjurkan.

Metode dengan hubungan kelompok digunakan oleh penyuluhan pertanian untuk menyampaikan pesan kepada kelompok. Metode ini sesuai dengan keadaan dan norma sosial dari masyarakat pedesaan Indonesia, seperti hidup berkelompok, bergotong-royong dan berjiwa musyawarah (Rasida 1991; Martanegara 1993). Contohnya adalah pertemuan, demontrasi, karya wisata, pameran, perlombaan, kursus, diskusi kelompok dan lain-lain. Metode ini dapat meningkatkan tahapan minat dan perhatian ke tahapan evaluasi dan mencoba menerapkan rekomendasi yang dianjurkan. Metode dengan hubungan masal digunakan oleh penyuluhan pertanian untuk menyampaikan pesan langsung atau tidak langsung kepada banyak orang sekaligus pada waktu yang hampir bersamaan. Contohnya adalah pidato dalam pertemuan besar, siaran pedesaan lewat radio dan televisi, pertunjukan wayang atau dagelan, penyebaran bahan cetakan, penempelan poster, pembentangan spanduk dan lain-lain. Metode ini digunakan untuk menarik minat dan perhatian masyarakat akan sesuatu rekomendasi usaha tani-ternak.

 

3. Metode berdasarkan Indera Penerima

Berdasarkan indera penerima pada sasaran metode penyuluhan dapat digolongkan menjadi metode yang dapat dilihat, metode yang dapat didengar serta metode yang dapat dilihat dan didengar. Metode yang dapat dilihat, pesan penyuluhannya diterima oleh sasaran melalui indera penglihatan (Suwandi 2006). Contohnya adalah metode publikasi barang cetakan, gambar, poster, leaflet dan lain-lain. Pertunjukan film bisu dan slide tanpa penjelasan lisan, pameran tanpa penjelasan lisan, surat-menyurat dan sebagainya. Dalam metode yang dapat didengar pesan penyuluhannya diterima oleh sasaran melalui indera pendengaran. Contohnya siaran lewat radio dan tape recorder, hubungan melalui telepon, pidato ceramah dan lain-lain. Sedangkan metode yang dapat dilihat dan didengar pesan penyuluhannya diterima oleh sasaran melalui indera penglihatan dan pendengaran sekaligus. Contohnya adalah metode pertunjukan film bersuara, siaran lewat televisi, wayang, kursus berupa pelajaran dikelas dan prakteknya, karya wisata, pameran dengan penjelasan lisan.

 

Pertimbangan Memilih Metode

Pemilihann metode yang tepat merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan penyuluhan. Jadi pemilihan metode harus tepat, sesuai dengan keadaan. Menurut Soegiyanto (2001) ada beberapa faktor yang dapat menjadi dasar dalam memilih metode penyuluhan, yaitu sasaran, sumber daya penyuluh, keadaan daerah dan kebijaksanaan pemerintah. 

1. Sasaran; Hal yang perlu diperhatikan tingkat pengetahuan sasaran, ketrampilan dan sikap sasaran, kondisi sosial budaya sasaran penyuluhan, banyaknya sasaran yang dicapai. 

2. Sumberdaya Penyuluhan; Hal yang perlu dipertimbangan untuk sumberdaya penyuluhan pertanian ini, yaitu kemampuan penyuluh yang meliputi pengusaan ilmu dan ketrampilan serta sikap yang dimiliki. Materi penyuluhan yang akan disampaikan Ketersediaan sarana dan biaya penyuluhan. 

3. Keadaan Daerah; Keadaan daerah juga mempengaruhi dalam pertimbangan dalam memilih metode penyuluhan. Keadaan daerah yang mempengaruhi adalah musim dan iklim, keadaan usahatani, keadaan lapangan.

4. Kebijaksanan Pembangunan Pertanian; Kebijakan juga mempengaruhi metode yang diambil nantinya. Kebijakan tersebut dapat berasal dari pemerintah pusat dan daerah ataupun masyarakat petani.

5. Tahapan dan Kemampuan Adopsi; Tahapan adopsi inovasi pada diri pelaku utama dan atau pelaku usaha berlangsung melalui serangkain pengalaman mental psikolog secara bertahap sebagai berikut :

a. Tahap penumbuhan perhatian, dima pelaku utama dan/atau pelaku usaha sekedar mengetahui adanya gagasan/ide atau praktek baru untuk pertama kalinya.

b. Tahap penumbuhan minat, dimana pelaku utama dan /atau pelaku usaha ingin mengetahui lebih banyak perihal baru tadi, dan berusaha mencari informasi lebih lanjut.

c. Tahap menilai, dima pelaku utama dan/atau pelaku usaha mampu membuat perbandingan.

d. Tahap mencoba, dima pelaku utama dan/atau pelaku usaha mencoba gagasan baru atau praktek baru..

e. Tahap menetapkan, dimana pelaku utama dan/atau pelaku usaha menyakini gagasan atau praktek baru itu dan menetapkan sepenuhnya secara berkelanjutan di dalam usaha taninya.

 

Penulis : Fahri Setiawan

Sumber :

Kemenpan (Kementerian Pertanian). 2009. Peraturan Meneteri Pertanian No 52/Permentan/OT.140/12/2009.

Mardikanto, T. 2006. Peyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Soegiyanto. 2001. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Malang : Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Wiriatmadja, S. 1990. Pokok Pokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yasaguna. Universitas

 

Bagikan:

Publikasi Lainnya: